Ucapan

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, maaf kalau ada tulisan yang masih berantakan, dan tolong biasakan mengkomen setelah membaca,,,..."ARIGATOU GOZAIMASU"...,,,

Senin, 19 November 2012


          Lacus berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah, meskipun demikian pikirannya sedang kosong. Akhir-akhir ini Lacus memang terlihat sering melamun, bahkan saat sedang antri makanan di kantin. Kalau saja Lacus bukan idol di sekolahannya, ia pasti sudah dimarahin habis-habisan sama murid-murid lain gara-gara membuat antrian menjadi macet.
          BRUUKK
          “Maaf, aku benar-benar tak sengaja,” ujar Lacus setelah sadar apa yang telah dilakukannya
          “Kau tak apa-apa kan?” tanya Lacus khawatir
          Gadis yang ditabraknya pun hanya tersenyum kecil lalu memungut buku-bukunya yang jatuh berserakan. Lacus yang merasa bersalah, segera membantu memungut buku-buku milik gadis itu yang lumayan banyak jumlahnya.
          “Alice, kau disitu rupanya,”
          Terdengar teriakan dari seorang cowok di belakang tempat Lacus berjongkok. Lacus menghentikan kegiatan memungutnya, ia mengeryit, ia merasa tidak asing dengan suara ini. Gadis yang ditabraknya tadi ikut-ikutan menghentikan kegiatan memungutnya untuk melihat si pemilik suara tadi. Lacus berkesimpulan bahwa gadis yang ada di hadapannya ini yang bernama Alice.
          “Egh Ki…Kira,” ucap Alice seraya berdiri
          Deg
          Tadi dia bilang apa, Kira, mana mungkin pasti Kira yang lain yang dimaksud, yah pasti bukan dia, pikir Lacus seraya mengangguk-ngangguk
          Terdengar langkah kaki si pemanggil itu mendekat dan berhenti di samping Alice, Lacus bisa melihat kakinya yang panjang.
          “Kau kemana saja, aku tadi ke kelasmu, tapi kamunya nggak ada,” ujar cowok itu
          “Maaf, tadi aku habis dari perpus,”
          Sepertinya cowok itu tidak menyadari keberadaan Lacus. Setelah memastikan tidak ada buku yang masih berserakan, Lacus pun segera berdiri, rasanya pegal kalau jongkok terus-terusan.
          “Kira,” ucap Lacus kaget
          Si cowok yang merasa dipanggil menoleh, “Lacus,”
          Lacus segera memalingkan wajahnya, dengan buru-buru ia menyodorkan buku-buku yang tadi ia pungut kepada Alice.
          “Ini buku-bukumu, sekali lagi aku minta maaf ya,”
          Setelah mengatakan itu, Lacus langsung berlari menjauh. Kira yang melihatnya hanya menatap sedih.
          “Kira,”
          Tak ada jawaban
          “Kira,” ujar Alice seraya memukul pelan lengan Kira
          “Heh ada apa?” ucap Kira tersentak
          “Ugh dari tadi kamu dipanggil, kamu melamun ya?”
          “Maaf,”       
          “Huff, ada apa mencariku?” tanya Alice
          “Oh iya, aku mau ngembaliin buku ini,” ujar Kira seraya menyodorkan sebuah buku
          “Ohh novel yang kemarin, kau sudah selesai membacanya?”
          Kira hanya menjawab dengan anggukan
          “Bagaimana ceritanya?” tanya Alice
          “Egh, seru kok, apalagi endingnya seru banget, aku saja sampai baca berkali-kali di bagian pertempurannya,” jawab Kira
          “Wah sama dong, aku juga baca berkali-kali di bagian itu. Apalagi pas pertempuran satu lawan satu, benar-benar terasa,”
          “Pertempuran hidup dan mati,” ujar mereka berdua berbarengan
          “Hahahahaha, ternyata pikiran kita sama,” ujar Kira geli
          “Iya, aku juga nggak nyangka,” ujar Alice seraya tersenyum
          Entah mereka sadari atau tidak, terdapat satu pasang mata yang mengamati mereka sedari tadi. Sepasang mata baby blue milik Lacus, awalnya Lacus tak berniat menguping. Namun ia penasaran tentang hubungan Kira dengan Alice, setahunya Kira tak pernah mengenal Alice. Bahkan dengan melihat mereka berdua yang tertawa lepas ini, Lacus menjadi yakin bahwa hubungan Kira dengan Alice bukan hanya sekedar teman biasa. Mengingat Kira bukanlah orang yang mudah akrab dengan anak cewek. Ia menjadi menyesal, seharusnya ia tadi langsung pergi saja tanpa perlu menguping, setidaknya ia tidak akan merasa sesedih ini.
          Tanpa diketahui Lacus, ternyata ada sepasang mata yang sedari tadi mengamati gerak-geriknya. Bahkan sebelum terjadi insiden tabrakan tadi. Mata itu ikut memandang sedih menatap gadis bermahkotakan pink itu. Ia juga merasakan sakit yang sama yang dialami oleh gadis itu, bahkan mungkin lebih parah.
          “Hei Athrun, sedang apa kau disini?”
          Athrun terlonjak kaget, lalu menoleh menatap temannya itu
          “Ada apa Auel?”
          “Woi, jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan dong,” ujar Auel cemberut
          Athrun tidak mempedulikan omongan Auel, ia kembali menoleh ke arah tempat Lacus tadi berada. Namun, orang yang dicarinya sudah tidak ada.
          “Tuh kan hilang,” ujar Athrun lirih
          “Hah, siapa yang hilang?” tanya Auel penasaran
          “Kamu,” jawab Athrun dingin
          “Igh, ya ampun, dingin amat sih jawabnya,” ujar Auel sinis
          Athrun hanya mendengus kesal sambil menatap wajah Auel
          “Oh ya ngomong-ngomong, mana Kira sama Lacus?” tanya Auel seraya menengok ke kanan dan kiri Athrun 
          “Mana aku tau, memangnya aku paranormal,” jawab Athrun
          Auel menghentikan kegiatan mencarinya, lalu menatap Athrun dengan pandangan bertanya.
          “Tumben banget kalian nggak sama-sama, biasanya kan kalian satu paket,”
          “Memangnya kami barang apa, dipaket-paketin segala. Lagian kita kan punya kesibukan masing-masing,”
          “Kalian lagi berantem ya?” tanya Auel mencoba menebak
          “Nggak,” jawab Athrun singkat
          “Kalau nggak lagi berantem, kenapa kalian seperti menjauhi satu sama lain,”
          “Sudah dibilangin, kami lagi sibuk akhir-akhir ini, makanya kami nggak lagi bersama,” jelas Athrun
          “Benarkah, berarti bukan karena Lacus dong,” ujar Auel polos
          “Hah, kenapa kau bisa punya pemikiran seperti itu?” tanya Athrun sedikit kaget
          “Karena kalian bertiga mulai bersikap aneh semenjak kau putus dengan Lacus,”
          “Aneh, maksudmu?”
          “Semenjak kalian berdua putus, Lacus jadi sering suka melamun dan kau seperti orang yang linglung yang mondar-mandir kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Kalau Kira sendiri, aku tak tahu pasti ya, tapi akhir-akhir ini dia sering nggak konsen waktu pelajaran,” terang Auel
          “Oohh,” ujar Athrun pendek
          “Ya ampun, aku ngomongnya panjang lebar, kamunya malah cuma bilang ooh saja,” ujar Auel kesal
          “Memangnya aku harus jawab apa?”
          “Agh sudahlah, aku capek ngomong denganmu,” ujar Auel pasrah
          “Apalagi aku,” ucap Athrun dingin
          “Egh Athrun, aku punya saran untukmu,” ujar Auel tiba-tiba
          “Apa?” ucap Athrun dingin
          “Sebaiknya kamu cepat-cepat cari pacar lagi deh,”
          “Hah, memangnya kenapa?” tanya Athrun bingung
          “Soalnya, keliatannya fans clubmu sudah terbentuk lagi deh,” ujar Auel seraya menunjuk ke arah belakang Athrun
          Athrun bergidik ngeri, ia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan benar saja dugaannya, beberapa siswi sudah mulai bergerombol di belakangnya.
          “Auel, sebaiknya aku harus buru-buru kabur nih,” ujar Athrun dengan wajah ketakutan
          “Oke, kalau gitu sampai jumpa,”
          Setelah itu, terdengar teriakan dari arah gerombolan itu.
          “Athrun, bener ya kamu putus sama Lacus,”
          “Ayo ngedate sama aku saja,”
          “Athrun, I love you,”
          Tak ambil pusing dengan ocehan mereka, Athrun langsung berlari terbirit-birit menghindari gerombolan siswi itu yang mulai mengejarnya. Auel yang melihatnya, hanya tertawa cekikikan melihat aksi kejar-kejaran itu.
          “Hahahahaha, dasar pangeran es,”

0 comment:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates