Ucapan
Senin, 17 Desember 2012
Teng…teng…teng
Bel
sekolah sudah berbunyi pertanda bahwa pelajaran untuk hari ini telah usai.
Semua murid bergegas untuk cepat-cepat pulang, tak ketinggalan Alice dengan
cepat memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Bedanya Alice tidak ingin
cepat-cepat pulang dulu, tapi ia mau nongkrong dulu di tempat favoritnya, yaitu
perpustakaan. Di saat Alice mau memasukkan buku terakhir ke dalam tas, ia
menemukan secarik kertas terjatuh dari bukunya. Alice segera memungut kertas
tersebut lalu dibacanya dalam hati.
To : Alice G
Tolong
temui aku di atap sekolah sepulang sekolah. Ada hal penting yang harus aku
bicarakan denganmu.
Athrun
Zala
Alice
mengerjap bingung ketika selesai membaca pesan singkat, jelas dan padat
tersebut. Ia menoleh menatap penulis pesan tersebut untuk meminta penjelasan
mengenai isi pesan tersebut. Tapi sepertinya tak bisa, karena penulis pesan itu
sedang sibuk menolak ajakan siswi di kelas ini yang ingin pulang bersama
Athrun. Setelah itu ia langsung pergi diikuti oleh fansnya tanpa menghiraukan
Alice yang masih kebingungan.
Datang…tidak…datang…tidak,
Alice berjalan mondar-mandir di depan kelasnya seraya menggumam tak jelas.
Ingin rasanya ia langsung pergi ke perpustakaan dan menghiraukan isi surat
tersebut, tapi membiarkan orang menunggu itu juga tidak baik. Sebenarnya dalam
hati, Alice juga penasaran hal sepenting apakah yang ingin dibicarakan oleh
Athrun dengan dirinya. Setahunya hubungan mereka tidak terlalu dekat, meskipun
mereka satu kelas. Lagipula Alice bukanlah tipe orang yang mudah berteman
dengan orang lain, apalagi dengan orang semacam Athrun. Ugh memikirkannya saja
sudah membuat Alice merasa frustasi.
***
Angin
sore berhembus menyibakkan surai biru tua milik seorang pemuda. Mata hijau
zamrudnya tidak lepas memandang langit sore yang begitu ingah. Kedua tangannya
dimasukkan ke dalam saku blazernya, karena angin sore ini membuatnya sedikit
kedinginan. Sudah 40 menit berlalu sejak bel sekolah berbunyi. Namun, ia masih
belum punya niat untuk meninggalkan tempat ini.
“Apa
ia tidak akan datang ya,” gumam pemuda itu pelan
Tepat
disaat ia selesai mengakhiri ucapannya. Di saat itulah ia datang.
“Maaf,
aku terlambat,” ujar orang itu
“Tak
apa,” ujar Athrun seraya tersenyum
“Ta…tapi
kau pas…pasti sudah menunggu lama kan,” ujar orang itu merasa bersalah
“Memang
sih, tapi setidaknya sekarang kau sudah datang kan, Alice,” ujar Athrun seraya
tersenyum
Alice
cuma tersenyum tipis melihatnya. Padahal di dalam hati ia merutuki kesalahannya.
Gara-gara ia tadi kelamaan memikirkan untuk datang atau tidak, ia jadi
terlambat, bukan terlambat tapi sangat sangat terlambat.
Melihat
Alice yang hanya diam mematung. Akhirnya Athrun mencoba untuk memulai
pembicaraan.
“Terima
kasih ya, kamu sudah datang kesini,”
“Tak
masalah, tapi ada perlu apa kamu memanggilku kesini?” tanya Alice
Athrun
tidak langsung menjawab, ia hanya menatap Alice. Alice yang ditatap seperti itu
merasa sedikit salah tingkah.
“Tolong
jangan dekati Kira lagi,” ucap Athrun pelan
Kata-kata
Athrun barusan serasa bagaikan petir bagi Alice.
“Lebih
tepatnya, tolong jauhi Kira,”
Alice
menatap bingung ke arah Athrun. Tentu saja ia bingung, ia baru saja merasa
senang bisa berteman dengan Kira. Sekarang ia diminta untuk menjauhinya.
“Tunggu
dulu, kenapa kau memintaku untuk menjauhi Kira?” tanya Alice menuntut
penjelasan
“Karena…,”
ucap Athrun bimbang
“Karena
apa?” tanya Alice lagi
“Karena
jika kalian berdua dekat, itu akan membuat hati seseorang menjadi sakit,” ujar
Athrun akhirnya
Alice
tertegun mendengarnya, tak ada reaksi apapun dari Alice. Begitu pula dengan
Athrun, yang terdengar hanyalah suara hembusan angin dan kicauan burung yang
kebetulan tengah bertengger di jeruji atap sekolah.
“Apa
seseorang yang kau maksud itu adalah Lacus,” ucap Alice lirih
Sontak
Athrun terlihat kaget mendengarnya, namun setelah itu ia mengangguk pelan.
Alice yang melihatnya cuma diam membisu.
“Berarti
Lacus, dia menyukai Kira dong,” ujar Alice sedikit ragu
Lagi-lagi
Athrun hanya menganggukkan kepalanya, dan lagi-lagi membuat Alice sedikit
terkejut. Sekarang Alice sudah mengerti, kenapa hubungan Kira, Athrun, dan
Lacus memburuk akhir-akhir ini.
“Apa
kau baik-baik saja?” tanya Alice sedikit cemas
“Aku
tak apa, melihat senyuman Lacus lagi bagiku itu sudah cukup. Untuk itu aku
mohon dengan sangat, jauhi Kira,” ujar Athrun
Alice
lagi-lagi dibuat bingung, ia tak tau harus bagaimana, menjauhi Kira atau tidak.
Tapi selama ini Kira sudah baik terhadapnya, jadi ia tak bisa menjauhi Kira
begitu saja. Tapi…
“Bagaimana
kau mau kan?” tanya Athrun dengan wajah berharap
Alice
menggigit bawah bibirnya, ia menghela napas sejenak lalu…
“Maaf,
aku tak bisa menjauhi Kira,” ucap Alice tegas
Setelah
mengatakan itu, Alice berlari menuruni tangga meninggalkan Athrun seorang diri.
Athrun sendiri hanya terdiam menatap kepergian Alice. Lalu ia mendongakkan
kepala menatap matahari yang berangsur-angsur mulai tenggelam.
“Sudah
kuduga, ia akan jawab seperti itu,” ucap Athrun pelan
Label: Fanfic Cinta Sejati, My Fanfics
Senin, 19 November 2012
Lacus
berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah, meskipun demikian pikirannya sedang
kosong. Akhir-akhir ini Lacus memang terlihat sering melamun, bahkan saat
sedang antri makanan di kantin. Kalau saja Lacus bukan idol di sekolahannya, ia
pasti sudah dimarahin habis-habisan sama murid-murid lain gara-gara membuat
antrian menjadi macet.
BRUUKK
“Maaf,
aku benar-benar tak sengaja,” ujar Lacus setelah sadar apa yang telah
dilakukannya
“Kau
tak apa-apa kan?” tanya Lacus khawatir
Gadis
yang ditabraknya pun hanya tersenyum kecil lalu memungut buku-bukunya yang
jatuh berserakan. Lacus yang merasa bersalah, segera membantu memungut
buku-buku milik gadis itu yang lumayan banyak jumlahnya.
“Alice,
kau disitu rupanya,”
Terdengar
teriakan dari seorang cowok di belakang tempat Lacus berjongkok. Lacus
menghentikan kegiatan memungutnya, ia mengeryit, ia merasa tidak asing dengan
suara ini. Gadis yang ditabraknya tadi ikut-ikutan menghentikan kegiatan
memungutnya untuk melihat si pemilik suara tadi. Lacus berkesimpulan bahwa
gadis yang ada di hadapannya ini yang bernama Alice.
“Egh
Ki…Kira,” ucap Alice seraya berdiri
Deg
Tadi
dia bilang apa, Kira, mana mungkin pasti Kira yang lain yang dimaksud, yah
pasti bukan dia, pikir Lacus seraya mengangguk-ngangguk
Terdengar
langkah kaki si pemanggil itu mendekat dan berhenti di samping Alice, Lacus
bisa melihat kakinya yang panjang.
“Kau
kemana saja, aku tadi ke kelasmu, tapi kamunya nggak ada,” ujar cowok itu
“Maaf,
tadi aku habis dari perpus,”
Sepertinya
cowok itu tidak menyadari keberadaan Lacus. Setelah memastikan tidak ada buku
yang masih berserakan, Lacus pun segera berdiri, rasanya pegal kalau jongkok
terus-terusan.
“Kira,”
ucap Lacus kaget
Si
cowok yang merasa dipanggil menoleh, “Lacus,”
Lacus
segera memalingkan wajahnya, dengan buru-buru ia menyodorkan buku-buku yang
tadi ia pungut kepada Alice.
“Ini
buku-bukumu, sekali lagi aku minta maaf ya,”
Setelah
mengatakan itu, Lacus langsung berlari menjauh. Kira yang melihatnya hanya
menatap sedih.
“Kira,”
Tak
ada jawaban
“Kira,”
ujar Alice seraya memukul pelan lengan Kira
“Heh
ada apa?” ucap Kira tersentak
“Ugh
dari tadi kamu dipanggil, kamu melamun ya?”
“Maaf,”
“Huff,
ada apa mencariku?” tanya Alice
“Oh
iya, aku mau ngembaliin buku ini,” ujar Kira seraya menyodorkan sebuah buku
“Ohh
novel yang kemarin, kau sudah selesai membacanya?”
Kira
hanya menjawab dengan anggukan
“Bagaimana
ceritanya?” tanya Alice
“Egh,
seru kok, apalagi endingnya seru banget, aku saja sampai baca berkali-kali di bagian
pertempurannya,” jawab Kira
“Wah
sama dong, aku juga baca berkali-kali di bagian itu. Apalagi pas pertempuran
satu lawan satu, benar-benar terasa,”
“Pertempuran
hidup dan mati,” ujar mereka berdua berbarengan
“Hahahahaha,
ternyata pikiran kita sama,” ujar Kira geli
“Iya,
aku juga nggak nyangka,” ujar Alice seraya tersenyum
Entah
mereka sadari atau tidak, terdapat satu pasang mata yang mengamati mereka
sedari tadi. Sepasang mata baby blue milik Lacus, awalnya Lacus tak berniat
menguping. Namun ia penasaran tentang hubungan Kira dengan Alice, setahunya
Kira tak pernah mengenal Alice. Bahkan dengan melihat mereka berdua yang
tertawa lepas ini, Lacus menjadi yakin bahwa hubungan Kira dengan Alice bukan
hanya sekedar teman biasa. Mengingat Kira bukanlah orang yang mudah akrab
dengan anak cewek. Ia menjadi menyesal, seharusnya ia tadi langsung pergi saja
tanpa perlu menguping, setidaknya ia tidak akan merasa sesedih ini.
Tanpa
diketahui Lacus, ternyata ada sepasang mata yang sedari tadi mengamati gerak-geriknya.
Bahkan sebelum terjadi insiden tabrakan tadi. Mata itu ikut memandang sedih
menatap gadis bermahkotakan pink itu. Ia juga merasakan sakit yang sama yang
dialami oleh gadis itu, bahkan mungkin lebih parah.
“Hei
Athrun, sedang apa kau disini?”
Athrun
terlonjak kaget, lalu menoleh menatap temannya itu
“Ada
apa Auel?”
“Woi,
jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan dong,” ujar Auel cemberut
Athrun
tidak mempedulikan omongan Auel, ia kembali menoleh ke arah tempat Lacus tadi
berada. Namun, orang yang dicarinya sudah tidak ada.
“Tuh
kan hilang,” ujar Athrun lirih
“Hah,
siapa yang hilang?” tanya Auel penasaran
“Kamu,”
jawab Athrun dingin
“Igh,
ya ampun, dingin amat sih jawabnya,” ujar Auel sinis
Athrun
hanya mendengus kesal sambil menatap wajah Auel
“Oh
ya ngomong-ngomong, mana Kira sama Lacus?” tanya Auel seraya menengok ke kanan
dan kiri Athrun
“Mana
aku tau, memangnya aku paranormal,” jawab Athrun
Auel
menghentikan kegiatan mencarinya, lalu menatap Athrun dengan pandangan
bertanya.
“Tumben
banget kalian nggak sama-sama, biasanya kan kalian satu paket,”
“Memangnya
kami barang apa, dipaket-paketin segala. Lagian kita kan punya kesibukan
masing-masing,”
“Kalian
lagi berantem ya?” tanya Auel mencoba menebak
“Nggak,”
jawab Athrun singkat
“Kalau
nggak lagi berantem, kenapa kalian seperti menjauhi satu sama lain,”
“Sudah
dibilangin, kami lagi sibuk akhir-akhir ini, makanya kami nggak lagi bersama,”
jelas Athrun
“Benarkah,
berarti bukan karena Lacus dong,” ujar Auel polos
“Hah,
kenapa kau bisa punya pemikiran seperti itu?” tanya Athrun sedikit kaget
“Karena
kalian bertiga mulai bersikap aneh semenjak kau putus dengan Lacus,”
“Aneh,
maksudmu?”
“Semenjak
kalian berdua putus, Lacus jadi sering suka melamun dan kau seperti orang yang
linglung yang mondar-mandir kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Kalau Kira
sendiri, aku tak tahu pasti ya, tapi akhir-akhir ini dia sering nggak konsen
waktu pelajaran,” terang Auel
“Oohh,”
ujar Athrun pendek
“Ya
ampun, aku ngomongnya panjang lebar, kamunya malah cuma bilang ooh saja,” ujar
Auel kesal
“Memangnya
aku harus jawab apa?”
“Agh
sudahlah, aku capek ngomong denganmu,” ujar Auel pasrah
“Apalagi
aku,” ucap Athrun dingin
“Egh
Athrun, aku punya saran untukmu,” ujar Auel tiba-tiba
“Apa?”
ucap Athrun dingin
“Sebaiknya
kamu cepat-cepat cari pacar lagi deh,”
“Hah,
memangnya kenapa?” tanya Athrun bingung
“Soalnya,
keliatannya fans clubmu sudah terbentuk lagi deh,” ujar Auel seraya menunjuk ke
arah belakang Athrun
Athrun
bergidik ngeri, ia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan benar saja
dugaannya, beberapa siswi sudah mulai bergerombol di belakangnya.
“Auel,
sebaiknya aku harus buru-buru kabur nih,” ujar Athrun dengan wajah ketakutan
“Oke,
kalau gitu sampai jumpa,”
Setelah
itu, terdengar teriakan dari arah gerombolan itu.
“Athrun,
bener ya kamu putus sama Lacus,”
“Ayo
ngedate sama aku saja,”
“Athrun,
I love you,”
Tak
ambil pusing dengan ocehan mereka, Athrun langsung berlari terbirit-birit
menghindari gerombolan siswi itu yang mulai mengejarnya. Auel yang melihatnya,
hanya tertawa cekikikan melihat aksi kejar-kejaran itu.
“Hahahahaha,
dasar pangeran es,”
Label: Fanfic Cinta Sejati, My Fanfics
Minggu, 18 November 2012
Seorang
gadis bermahkotakan light-pink sedang duduk termenung di halaman belakang rumahnya.
Gadis itu tidak menghiraukan terpaan angin yang membuat rambutnya menjadi
sedikit berantakan. Sesekali tampak gadis itu menghela napas panjang, seaakan
sedang memikirkan sesuatu yang berat. Yah, memang benar gadis itu tak lain
adalah Lacus. Sekarang, ia sedang memikirkan kekasihnya atau lebih tepatnya
disebut mantan kekasih.
“Huff,” lagi-lagi Lacus menghela
napas, entah untuk keberapa kalinya pada sore ini. Semua ini salahnya,
seharusnya ia tidak pernah melakukan ini sejak awal. Ia sudah tahu konsekuensinya,
namun ia tak pernah mempedulikannya. Sekarang ia menyesal karena dulu ia
menghiraukan konsekuensinya dan kini konsekuensi itu benar-benar telah terjadi.
Ia telah menyakiti hati Athrun.
Athrun Zala, orang yang telah menjadi
sahabatnya sejak kecil. Bahkan sebelum ia mengenal Kira. Orang yang selalu ada
di sisi Lacus saat senang maupun sedih. Orang yang selalu menemaninya selama 14
tahun terakhir. Orang yang satu tahun lalu menyatakan cintanya kepada Lacus.
Dan sekarang Lacus menyesal telah menerima pernyataan cintanya tersebut. Bukan
karena Lacus tidak menyukai Athrun, siapa sih yang tidak suka dengan sosok
seorang Athrun Zala. Sudah tampan, pintar, keren, baik, perhatian lagi. Tapi
kenyataannya, sama seperti yang Athrun katakana saat dia minta putus darinya.
Orang yang dicintai Lacus bukanlah Athrun.
Flashback
“Athrun,
sebenarnya kita mau makan dimana sih?” tanya Lacus
“Nanti
kamu juga tau sendiri, aku yakin kamu bakal suka sama tempat ini deh,” jawab
Athrun seraya tersenyum ke arah Lacus
“Iya,
tapi tempatnya dimana dulu?” tanya Lacus masih penasaran
Athrun
menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Lacus. Sontak Lacus pun ikut
menghentikan langkahnya. Mereka kini saling berhadap-hadapan.
“Sudah
jangan banyak tanya, sebentar lagi kita juga sampai,” ucap Athrun seraya
tersenyum manis
Setelah
mengatakan itu, Athrun langsung berbalik dan melanjutkan perjalanannya. Lacus
dengan langkah terburu-buru segera menyusul Athrun yang sudah di depan.
***
Restoran
ini terlihat sangat klasik dengan ukiran di sepanjang dinding. Apalagi ditambah
dengan pahatan patung-patung yang diletakkan di ujung-ujung ruangan. Lampu hias
yang menggantung di langit-langit. Meja dan kursinya pun terbuat dari kayu jati
asli. Disana juga terpasang lukisan-lukisan klasik di tembok. Meskipun suasanaya
begitu klasik dan kuno, namun makanan yang tersedia disini sangat modern. Boleh
dibilang kebanyakan pengujung disini hanya orang-orang yeng berkantong tebal
saja, karena makanan disini relatif mahal harganya.
“Ya
ampun Athrun, kenapa memilih restoran ini. Makanan disini kan terkenal
mahal-mahal,” ucap Lacus seraya duduk di salah satu meja yang kosong
“Tenang
aja, kau tak perlu khawatir, aku yang traktir,” ujar Athrun yang ikut duduk
“Iya
sih, tapi sayang uangnya kan. Mendingan buat traktir satu kelas,” ujar Lacus
masih coba memprotes
Athrun
hanya tersenyum, ia lalu memanggil salah satu pelayan yang ada di dekat mereka
“Kamu
mau pesan apa?” tanya Athrun kepada Lacus
“Aku
mau pesan, hhmmm…spaghetti sama es krim strawberry,”
“Kalau
aku, flan buah sama coffe latte saja,”
Setelah
mencatat pesanan mereka, pelayan itu pun pergi. Tak berapa lama kemudian,
pelayan itu kembali sambil membawa pesanan mereka
Lacus
langsung memakan spaghettinya dengan lahap, sebaliknya Athrun cuma menatap
makanannya
“Ada
apa Athrun, kau tak suka makanannya?” tanya Lacus setelah menyadari sikap aneh
Athrun
"Tidak,
kalau aku tidak suka untuk apa aku memesannya,”
“Benar
juga ya,” ucap Lacus mengangguk
Setelah
itu Athrun mulai memakan flannya, dan Lacus kembali melanjutkan makannya.
“Lacus,”
Lacus
yang merasa namanya dipanggil menoleh menatap orang yang tadi memanggilnya.
“Ada
apa Athrun?”
“Umm…anu…sebenarnya…aku,”
Keliatan
sekali kalau Athrun sedang bimbang, bahkan ia tak berani menatap Lacus. Lacus
sendiri hanya diam, menunggu kelanjutan kalimat Athrun. Setelah beberapa saat
hening, yang terdengar hanya suara sendok Lacus yang menatap piring. Rupanya
Lacus masih bisa-bisanya makan disaat Athrun sedang berpikir keras. Akhirnya
Athrun membulatkan tekad, dengan tarikan napas panjang, ia berusaha untuk
merangkai kata-kata.
“Lacus,
kita putus saja ya,” ujar Athrun seraya menatap dalam mata Lacus
Lacus
yang sedang mengunyak spaghettinya, sontak saja tersedak. Athrun segera
mengambil air minum lalu diberikannya pada Lacus. Setelah meminumnya, Lacus
kembali menatap Athrun.
“Maaf,
tadi kau bilang apa?” ujar Lacus memastikan apa pendengarannya ini bermasalah
atau tidak
“Kita
putus saja,” ucap Athrun mengulangi perkataannya tadi
Raut
wajah Lacus seketika terkejut mendengarnya, “Tapi alasannya kenapa?”
“I..itu
aku tak bisa bilang,”
“Kalau
kau tak mau mengatakannya, aku tak mau putus,”
“Kau
ini memang egois ya,” ucap Athrun sedikit kesal
“Kau
yang egois, seenaknya saja minta putus tapi tak mau mengatakan alasannya,” ujar
Lacus sama-sama kesal
“Baiklah,
aku minta putus karena aku tahu kau suka Kira kan,”
JLEB
Bagaimana Athrun bisa tau, pikir Lacus
Bagaimana Athrun bisa tau, pikir Lacus
“Kau
tak usah tanya, aku tau darimana soal ini,” ujar Athrun
Ta…tapi
kalau Athrun sudah tau, berarti Kira juga
“Tenang
aja, Kira masih nggak tau soal ini,” ujar Athrun lagi
Heh,
apa Athrun bisa membaca pikiranku ya
“Pokoknya,
kamu setuju atau tidak, sekarang kita putus,”
Tidak,
ia tidak membaca pikiranku
“Lacus,”
panggil Athrun sedikit khawatir melihat kediaman Lacus
“Heh,”
Lacus langsung tersadar dari pikirannya yang kacau balau
“Maaf,”
hanya kata maaf yang mampu diucapkan Lacus
“Kau
tak perlu minta maaf, kau tak salah,”
Lacus
pun mendongak menatap Athrun, raut wajahnya mengatakan kalau ia sangat kecewa. Lacus
yang melihatnya, tak mampu menahan air matanya untuk tidak keluar.
“Maaf,
aku benar-benar minta maaf,”
“Kan
sudah kubilang kau tak salah, jadi jangan menangis,” ucap Athrun lembut
Lacus
sudah berhenti menangis, namun mata baby bluenya masih terlihat berkaca-kaca.
Mata itu kini tengah menatap sendu ke arah Athrun.
“Apa
kau marah padaku?” tanya Lacus hati-hati
“Tidak,”
“Apa
kau membenciku?”
“Tidak,”
“Apa
kau merasa kecewa padaku,”
“Iya,”
Sontak
Lacus menunduk sedih, genangan air mata mulai berkumpul di ujung matanya,
bersiap untuk jatuh ke pipi halusnya.
“Sudahlah
Lacus, aku tak apa-apa, jadi aku mohon jangan menangis. Tuh liat, orang-orang
mengira aku ini laki-laki jahat yang tak berperasaan lagi,” ujar Athrun mencoba
melucu
Namun
sayang, Lacus tidak tertawa mendengar gurauan Athrun. Ia hanya menatap kosong
ke piring makanannya, rasanya mood makannya telah hilang seketika.
“Athrun,”
ujar Lacus lirih
“Iya,”
“Aku
minta maaf sudah melakukan ini kepadamu,”
“Ya
ampun Lacus, berapa kali aku harus bilang, kau tak perlu minta maaf kepadaku,”
ucap Athrun sedikit sebal
“Aku
benar-benar menyesal,” ucap Lacus sedih
Athrun
hanya tersenyum miris, “Penyesalan memang selalu datang terlambat,”
Label: Fanfic Cinta Sejati, My Fanfics
Minggu, 11 November 2012
aduh kebiasaan lebay-ny masih gk brubah
abieezzzznya, bulan-bulan terakhir ini q sibuk, bnyak tgz, pr, ulangan, presentasi, pokokny super duper banyak deh
maklum q kan bru masuk sma, jdi masih alim-alim gitu rajin bikin tgz
hehehehehehehe
tpi tnag aja mulai saat ini q bkal usahain buat rajin belajar dan rajin uptade entri
jdi dukung y. GO GO SEMANGAT
Maka dri itu dri lubuk hatiq yg plig dlam
"Aku minta maaf sama blogq yg q terlantarin, buat cerita-ceritaq yg q lupain, buat pembaca yg dah penasaran ama lanjutan ceritaq. GOMEN,"
q hrap kalian biza maafin q, please
agh udah deh kebanyakan curhat
lgsug aja deh ke intiny
Kali ini q gk bakal entri lanjutan fanficq
q cuma bahaz chara-chara baru di fanficq yg blum q sebutin di pembahasan sblumny
klo klian pda bca klian pzti pd tw
siapakah mereka
deng deng deng......
1. Athrun Zala
2. Auel Neider
Keren-keren kan chara-charanya, semua chara cowoknya (Kira, Athrun, n Auel) q ambil dri anime gundam seed destiny. Klian pda tw ato gk y
Dari anime ini jg pairing fanfic ini yaitu RaCus (Kira n Lacus) pokoknya pairing ini pasangan yg plig so sweet deh di animeny
dan untuk chara cewek lainnya, Amu dri anime shugo chara dan Alice dri anime bakugan battle brawlers
Wah dah dulu ya postingny
lanjutan fanficny tunggu saja, q usahain bkal cpet posting lgi
jdi sabar y aja y dan jgn bosen-bosen mampir ke blogq
SAYONARA
Label: CoretanQ
Kamis, 17 Mei 2012
Minggu pagi yang cerah ini, Kira sudah
punya rencana sendiri. Ia akan mengunjungi sahabatnya, Athrun, sudah lama ia
tidak main ke rumahnya. Setibanya disana, ia diijinkan masuk oleh mamanya
Athrun, dan langsung nyelonong masuk ke kamar Athrun.
“Halo Athrun,” sapa Kira sembari masuk
ke dalam
“Kira, tumben-tumbennya kamu kesini?”
tanya Athrun yang rupanya sedang baca buku di ranjangnya
“Emangnya kenapa, nggak boleh?” tanya
Kira yang ikut-ikutan duduk di ranjang empuk milik Athrun
“Boleh aja, tapi dalam rangka apa?”
tanya Athrun seraya masih membaca bukunya
Kalau diperhatikan, sifat Kira dan
Athrun hampir sama, mungkin itu yang membuat persahabatan mereka erat.
“Aku mau menghibur sahabatku ini yang
baru aja putus ama pacarnya,” ujar Kira sambil melirik buku yang sedang dibaca
oleh Athrun
“Kalau gitu, kamu salah tempat,
harusnya kamu datang ke Lacus, bukan ke aku, kan aku yang mutusin dia, pastinya
dia yang lebih merasa sedih daripada aku,” ujar Athrun beragumen
“Sudah kok, malahan kemarin dia
langsung datang ke rumahku,” ujar Kira
“Oh ya, dia bilang apa?” tanya Athrun
antusias
“Tidak bilang apa-apa, dia hanya
menangis terus, sampai-sampai persedian tisuku untuk 1 bulan ludes,”
Athrun mendesah pelan, “Rupanya dia
masih belum bicara juga.”
“Aku rasa, dia sedih sekali, karena
kamu sudah mutusin dia. Memangnya ada masalah apa sih, bukannya masalah lomba yang
kemarin itu udah kalian selesaikan?” tanya Kira bingung
“Ya ampun, Kira, kamu pikir gara-gara
masalah itu, aku sampai tega mutusin Lacus,” ujar Athrun kesal
“Lalu apa?” tanya Kira
“Pernahkah kau berpikir, kalau orang
yang disukai Lacus itu bukan aku, tapi orang lain,” ujar Athrun
“Hah, kamu bicara apa sih, tentu saja
Lacus menyukaimu, kalau tidak, kenapa dulu Lacus menerima pernyataan cintamu,”
hibur Kira
“Itu karena aku sahabatnya, jadi dia
tak mungkin menolakku. Lagipula, dia melakukan semua itu juga terpaksa,”
“Apa maksudmu Lacus melakukannya
karena terpaksa?” tanya Kira lagi
“Mungkin dengan berpacaran denganku,
dia bisa membuat orang yang disukainya cemburu. Tapi sepertinya itu sia-sia
saja,” ujar Athrun
“Kenapa sia-sia?”
“Karena orang yang disukainya itu
bodoh, dia tidak pernah sadar tentang perasaan Lacus sebenarnya terhadapnya,”
ujar Athrun seraya membuang bukunya hingga menimbulkan bunyi berdebum
Kira terlonjak kaget melihat sikap
Athrun, ia bingung, apa yang membuat sahabatnya marah. Melihat Kira hanya
terbengong, Athrun segera buka suara.
“Maafkan aku, tadi aku terbawa emosi,”
ujar Athrun seraya menatap Kira
“Ohh..tidak apa-apa, aku mengerti
kok,” ujar Kira seraya tersenyum
Selanjutnya suasana menjadi hening,
Athrun tampak berpikir keras. Setelah beberapa saat, ia akhirnya memulai pembicaraan
lagi.
“Kira, aku ingin tanya sesuatu kepadamu,
tapi kau harus jawab dengan jujur ya?”
“Baiklah, kau mau tanya apa?”
“Sebenarnya bagaimana perasaanmu saat
aku dan Lacus pacaran?”
“Tentu saja aku senang, bagaimana pun
kalian berdua adalah sahabat terbaikku, kalau kalian senang tentu saja aku ikut
senang,” jelas Kira
“Persis seperti Kira yang kukenal,”
ujar Athrun mengangguk-angguk
“Hah, apa maksudmu?” tanya Kira
bingung
“Kau selalu memikirkan orang lain,
tapi kau tak pernah memikirkan dirimu sendiri, tentang perasaanmu yang
sebenarnya,”
Kira memiringkan kepala, ia bingung
harus mengatakan apa. Akhirnya ia menunggu Athrun melanjutkan kata-katanya.
“Sebenarnya selama ini aku sudah tahu,
kalau kau sebenarnya menyukai Lacus, benar kan?” ujar Athrun seraya menatap
lurus ke depan
“Apa! Bukan, i…itu tidak benar,” elak
Kira
“Sudahlah Kira, kau tak bisa
membohongiku lagi, aku kenal kau sejak kecil, dan aku tahu caramu memandang
Lacus, bukanlah pandangan yang biasa, lebih seperti seorang lelaki yang
tertarik kepada seorang perempuan,” tutur Athrun pelan
“Ya ampun Athrun, kau kan tahu
sendiri, Lacus kan cuma satu-satunya cewek yang dekat sama aku, jadi mana aku
ngerti tentang pandangan yang….apalah itu. Jadi kau jangan terlalu hiperbola
deh,” jelas Kira tenang
Athrun mendelik kesal ke arah Kira,
lalu menghela napas panjang. Ia mengusap-usap kepalanya dengan kasar.
“Ya Tuhan, kalian berdua sama-sama
keras kepala ya kalau dibilangin,” teriak Athrun frustasi
Alis Kira terangkat, “Hah, berdua,
siapa?”
“Tentu saja kau dan Lacus, memangnya
siapa lagi. Heran deh, kenapa aku bisa betah sahabatan sama orang yang keras
kepala seperti kalian,” ujar Athrun geleng-geleng
“Memangnya aku dan Lacus keras kepala
ya?” tanya Kira polos
“Iya….kalian itu tak pernah jujur sama
perasaan kalian masing-masing, padahal saling suka, tapi bilang enggak,” ujar
Athrun gregetan
“Hah…apa maksudmu, Athrun?” tanya Kira
benar-benar bingung
“Orang yang disukai Lacus itu kamu,
masak kamu nggak nyadar-nyadar sih,” ujar Athrun seraya meremas-remas bantalnya
karena kesal
“Hah, masak sih, kamu pasti bercanda
kan,”
Athrun langsung melotot ke arah Kira,
“Apa tampangku ini seperti orang yang sedang lagi bercanda ya?”
Kira langsung tertegun, ia masih tak
percaya yang diucapkan Athrun barusan.
Athrun mendesah, kelihatannya kini ia
sudah mulai tenang, “Terserah deh kamu mau percaya apa enggak, tapi
kenyataannya memang begitu,”
Label: Fanfic Cinta Sejati, My Fanfics
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)