Ucapan

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, maaf kalau ada tulisan yang masih berantakan, dan tolong biasakan mengkomen setelah membaca,,,..."ARIGATOU GOZAIMASU"...,,,

Kamis, 17 Mei 2012

          Minggu pagi yang cerah ini, Kira sudah punya rencana sendiri. Ia akan mengunjungi sahabatnya, Athrun, sudah lama ia tidak main ke rumahnya. Setibanya disana, ia diijinkan masuk oleh mamanya Athrun, dan langsung nyelonong masuk ke kamar Athrun.

          “Halo Athrun,” sapa Kira sembari masuk ke dalam
          “Kira, tumben-tumbennya kamu kesini?” tanya Athrun yang rupanya sedang baca buku di ranjangnya
          “Emangnya kenapa, nggak boleh?” tanya Kira yang ikut-ikutan duduk di ranjang empuk milik Athrun
          “Boleh aja, tapi dalam rangka apa?” tanya Athrun seraya masih membaca bukunya
          Kalau diperhatikan, sifat Kira dan Athrun hampir sama, mungkin itu yang membuat persahabatan mereka erat.
          “Aku mau menghibur sahabatku ini yang baru aja putus ama pacarnya,” ujar Kira sambil melirik buku yang sedang dibaca oleh Athrun
          “Kalau gitu, kamu salah tempat, harusnya kamu datang ke Lacus, bukan ke aku, kan aku yang mutusin dia, pastinya dia yang lebih merasa sedih daripada aku,” ujar Athrun beragumen
          “Sudah kok, malahan kemarin dia langsung datang ke rumahku,” ujar Kira
          “Oh ya, dia bilang apa?” tanya Athrun antusias
          “Tidak bilang apa-apa, dia hanya menangis terus, sampai-sampai persedian tisuku untuk 1 bulan ludes,”
          Athrun mendesah pelan, “Rupanya dia masih belum bicara juga.”
          “Aku rasa, dia sedih sekali, karena kamu sudah mutusin dia. Memangnya ada masalah apa sih, bukannya masalah lomba yang kemarin itu udah kalian selesaikan?” tanya Kira bingung
          “Ya ampun, Kira, kamu pikir gara-gara masalah itu, aku sampai tega mutusin Lacus,” ujar Athrun kesal
          “Lalu apa?” tanya Kira
          “Pernahkah kau berpikir, kalau orang yang disukai Lacus itu bukan aku, tapi orang lain,” ujar Athrun
          “Hah, kamu bicara apa sih, tentu saja Lacus menyukaimu, kalau tidak, kenapa dulu Lacus menerima pernyataan cintamu,” hibur Kira
          “Itu karena aku sahabatnya, jadi dia tak mungkin menolakku. Lagipula, dia melakukan semua itu juga terpaksa,”
          “Apa maksudmu Lacus melakukannya karena terpaksa?” tanya Kira lagi
          “Mungkin dengan berpacaran denganku, dia bisa membuat orang yang disukainya cemburu. Tapi sepertinya itu sia-sia saja,” ujar Athrun
          “Kenapa sia-sia?”
          “Karena orang yang disukainya itu bodoh, dia tidak pernah sadar tentang perasaan Lacus sebenarnya terhadapnya,” ujar Athrun seraya membuang bukunya hingga menimbulkan bunyi berdebum
          Kira terlonjak kaget melihat sikap Athrun, ia bingung, apa yang membuat sahabatnya marah. Melihat Kira hanya terbengong, Athrun segera buka suara.
          “Maafkan aku, tadi aku terbawa emosi,” ujar Athrun seraya menatap Kira
          “Ohh..tidak apa-apa, aku mengerti kok,” ujar Kira seraya tersenyum
          Selanjutnya suasana menjadi hening, Athrun tampak berpikir keras. Setelah beberapa saat, ia akhirnya memulai pembicaraan lagi.
          “Kira, aku ingin tanya sesuatu kepadamu, tapi kau harus jawab dengan jujur ya?”
          “Baiklah, kau mau tanya apa?”
          “Sebenarnya bagaimana perasaanmu saat aku dan Lacus pacaran?”
          “Tentu saja aku senang, bagaimana pun kalian berdua adalah sahabat terbaikku, kalau kalian senang tentu saja aku ikut senang,” jelas Kira
          “Persis seperti Kira yang kukenal,” ujar Athrun mengangguk-angguk
          “Hah, apa maksudmu?” tanya Kira bingung
          “Kau selalu memikirkan orang lain, tapi kau tak pernah memikirkan dirimu sendiri, tentang perasaanmu yang sebenarnya,”
          Kira memiringkan kepala, ia bingung harus mengatakan apa. Akhirnya ia menunggu Athrun melanjutkan kata-katanya.
          “Sebenarnya selama ini aku sudah tahu, kalau kau sebenarnya menyukai Lacus, benar kan?” ujar Athrun seraya menatap lurus ke depan
          “Apa! Bukan, i…itu tidak benar,” elak Kira
          “Sudahlah Kira, kau tak bisa membohongiku lagi, aku kenal kau sejak kecil, dan aku tahu caramu memandang Lacus, bukanlah pandangan yang biasa, lebih seperti seorang lelaki yang tertarik kepada seorang perempuan,” tutur Athrun pelan
          “Ya ampun Athrun, kau kan tahu sendiri, Lacus kan cuma satu-satunya cewek yang dekat sama aku, jadi mana aku ngerti tentang pandangan yang….apalah itu. Jadi kau jangan terlalu hiperbola deh,” jelas Kira tenang
          Athrun mendelik kesal ke arah Kira, lalu menghela napas panjang. Ia mengusap-usap kepalanya dengan kasar.
          “Ya Tuhan, kalian berdua sama-sama keras kepala ya kalau dibilangin,” teriak Athrun frustasi
          Alis Kira terangkat, “Hah, berdua, siapa?”
          “Tentu saja kau dan Lacus, memangnya siapa lagi. Heran deh, kenapa aku bisa betah sahabatan sama orang yang keras kepala seperti kalian,” ujar Athrun geleng-geleng
          “Memangnya aku dan Lacus keras kepala ya?” tanya Kira polos
          “Iya….kalian itu tak pernah jujur sama perasaan kalian masing-masing, padahal saling suka, tapi bilang enggak,” ujar Athrun gregetan
           “Hah…apa maksudmu, Athrun?” tanya Kira benar-benar bingung
          “Orang yang disukai Lacus itu kamu, masak kamu nggak nyadar-nyadar sih,” ujar Athrun seraya meremas-remas bantalnya karena kesal
          “Hah, masak sih, kamu pasti bercanda kan,”
          Athrun langsung melotot ke arah Kira, “Apa tampangku ini seperti orang yang sedang lagi bercanda ya?”
          Kira langsung tertegun, ia masih tak percaya yang diucapkan Athrun barusan.
          Athrun mendesah, kelihatannya kini ia sudah mulai tenang, “Terserah deh kamu mau percaya apa enggak, tapi kenyataannya memang begitu,”


          Kelas Kira sekarang sedang jam kosong, karena gurunya sedang sakit, dan kebetulan tidak ada yang menggantikannya. Jadi ya cuma dikasih tugas, terus dikumpulin deh di meja guru. Dalam waktu 20 menit, Kira sudah bisa menyelesaikan tugas tersebut. Padahal tugasnya itu disuruh membuat cerita pendek sebanyak 4 halaman folio. Wah bener-bener hebat deh. Berhubung tak ada kerjaan lagi, Kira mengambil sebuah komik di tasnya, lalu dibacanya.
Oh ya untuk informasi saja, Kira itu enggak sekelas sama Athrun dan Lacus. Pihak sekolah sudah sepakat agar Kira, Athrun, dan Lacus dipisahkan saja, karena mereka takut, kalau nanti di kelas, bukannya belajar, malah jadi jumpa fans. Jadi ceritanya, Kira di kelas 11 A, Athrun sekelas dengan Alice di 11 C, Lacus di 11 D, dan Amu di 11 F. Awalnya mereka tak terima dipisahkan, maklum sejak kecil mereka sudah selalu bersama. Tetapi, demi kebaikan bersama, mereka akhirnya mau, toh mereka masih bisa bertemu di luar kelas. Tambahan lagi, di kelas 11 A, ceweknya rata-rata pada pinter semua, mereka sudah tahu atau sadar diri kalau Kira itu nggak mungkin suka sama mereka. Makanya, Kira bisa tenang saat berada di kelas, karena nggak ada cewek yang ngenggaguin dia, meskipun ada beberapa yang sering meliriknya saat di kelas. Tapi itu lebih baik, daripada harus berlarian untuk menghindari kejaran fansnya. Sudah kembali ke ceritanya saja. Lanjut
          Meskipun Athrun dan Lacus beda kelas, tapi Kira masih punya sahabat baik di kelas. Namanya Auel, ia adalah teman sebangkunya Kira. Meskipun ia masuk kelas   11 A, tapi kemampuan otaknya sama saja atau setara dengan anak kelas H. Kira heran, kenapa ia bisa dimasukkan ke kelas A. Contohnya seperti saat ini, ia hanya mampu membuat karangan 1 halaman saja, itu pun tulisannya besar-besar dan jarak spasinya lebar-lebar. Tapi ia tak peduli, setelah mengumpulkan tugasnya kepada ketua kelas, ia segera menghadap ke arah Kira untuk bicara, sepertinya yang akan dibicarakan adalah hal serius, karena tampangnya terlihat serius sekali, tampang yang tidak cocok dengan penampilannya yang urakan.
          “Kira, ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu,” ujar Auel membuka pembicaraan
          “Tentang apa?” tanya Kira yang masih saja membaca komiknya
          “Aku mau bicara kalau kamu mau berhenti membaca itu,” ujar Auel kesal
          “Ya udah kalau kamu nggak mau bicara, aku juga nggak peduli kok,” ujar Kira masih terus melanjutkan membacanya
          Auel hanya mampu mendengus kesal, melihat tingkah sahabatnya ini. Akhirnya Auel memutuskan untuk bicara juga, meskipun Kira masih berkutat dengan komiknya.
          “Gini lho, sekarang ada gosip tak sedap tentang kamu nih,” ujar Auel pelan, mungkin takut kedengeran sama anak lain
          “Hah, bukannya itu dah biasa ya,” ujar Kira santai
          “Tapi ini enggak biasa, katanya kamu itu sekarang lagi suka mainin anak cewek,” jelas Auel
          “Apa! Gosip dari mana tuh,” ujar Kira sedikit kaget
          “Aku enggak tahu yang mulai siapa, tapi katanya ada anak yang lihat kamu sama Alice berduaan di perpustakaan, tapi aku nggak percaya. Mungkin mata anak itu rabun kali ya, mana mungkin kamu sama Alice, kenal aja enggak,”
          “Itu bener kok,”
          “Apa! Jadi gosip itu benar, kalau kamu sekarang punya hobi mainin perasaan cewek. Ya ampun Kira, cepat bertobatlah sebelum semuanya terlambat,” ujar Auel histeris
          “Aduh, bicaramu mulai ngaco deh, aku memang lagi deket sama Alice, tapi cuma sebatas teman,” ujar Kira sambil memberi penekanan pada kata terakhir
          “Syukur deh kalau gitu,” ujar Auel lega
          “Oh ya ada lagi, kemarin Rabu sore kamu pulangnya gimana?” tanya Auel dengan nada menyelidik
          Kira mengernyitkan dahi, “Ya ampun, dari tadi kamu nanya terus, memangnya nih di kantor polisi,”
          “Udah deh, jawab aja susah amat,” ujar Auel tak sabar
          “Ya setelah latihan, aku langsung pulang, kan kemarin kamu sendiri yang minta mau pulang sendiri,” jawab Kira sekenanya
          “Iya, kalau itu aku tahu, tapi kenapa kemarin kamu bisa bareng sama Amu,” ujar Auel kesal
          “Darimana kamu tahu soal itu, aku kan belum cerita sama kamu?” tanya Kira heran
          “Aduh, kemarin aku lihat kalian berdua naik motor di persimpangan dekat sekolah, dan kalian kelihatan mesra banget tau,” ujar Auel dengan nada sedikit cemburu
          “Ya ampun jangan marah dong, aku enggak bakal ngrebut gebetanmu kok. Kemarin  itu, aku liat dia sendirian di depan sekolah, kamu kan tahu kemarin hujan deras, waktu aku tanya, katanya dia enggak bawa payung,”
          “Terus?” tanya Auel menunggu kelanjutan cerita dari Kira
          “Ya, daripada nungguin hujan reda, kan kasihan. Makanya aku anterin pulang, itung-itung sebagai penebus dosa,” jelas Kira
          “Hah, penebus dosa?” tanya Auel bingung
          “Iya, panjang deh ceritanya, intinya dulu aku pernah bikin pakaiannya jadi kotor. Memangnya kamu pikir, dia mau gitu aja aku anterin,”
          “Yah, kamu kan cassanova di sekolah ini, siapa sih yang enggak mau dianterin sama kamu,” ujar Auel sewot
          “Ada tuh,”
          “Siapa? Wah, berarti cewek itu otaknya rada nggak waras tuh,” tanya Auel penasaran
          “Aku bilangin lho sama Lacus,” goda Kira
          “Apa! Jadi Lacus orangnya, aku cabut deh omonganku tadi. Tapi, omong-omong bener ya Lacus sama Athrun udah putus?” tanya Auel lagi
          Sesaat Kira menghentikan kegiatan membacanya, lalu menghadap ke arah Auel.
          “Cepet banget, beritanya tersebar,” ujar Kira geleng-geleng
          “Jangan salah, disini semua berita penyebarannya lebih cepat dari virus flu burung. Kalau gitu, berarti bener dong mereka sudah putus,” ujar Auel
          Kira hanya menganggukkan kepala
          “Kenapa, setahuku mereka pasangan yang selalu adem ayem aja deh?” tanya Auel bingung
          Kira menggeleng, “Aku sendiri tak tahu,”
          “Wah kalau gitu, aku bisa ngapelin Lacus lagi dong,” ujar Auel senang
          Kira langsung melotot, “Sebenarnya yang kamu incar itu Amu atau Lacus sih?”
          “Aduh, jangan melototin aku kayak gitu dong. Tenang aja, aku cuma bercanda kok. Hatiku ini cuma satu dan sudah untuk mencintai Amu seorang,” ujar Auel puitis
          “Bagus deh, karena aku enggak bakal biarin Lacus jatuh di pelukan orang yang  bodoh dan urakan sepertimu,” ujar Kira
          “Huh, kau ini. Tapi jadinya yang mana?”
          “Yang mana apanya?” tanya Kira bingung
          “Pilihanmu?” ujar Auel mulai kesal
          “Pilihan apa?” ujar Kira benar-benar tak mengerti
          “Yah, menurutku Alice cocok deh sama kamu, sama-sama berotak Einsten atau sama Amu, meski aku enggak mengharapkannya, tapi kalau kalian berdua saling suka, mau gimana lagi, aku rela kok atau sama Lacus, mantan pacar sahabat itu boleh juga,” ujar Auel mikir
          “Heh, maksud kamu apa, kamu pengen jodohin aku,” ujar Kira yang sekarang baru mengerti maksud Auel
          “Makanya, cepetan tentuin pilihanmu, sebelum disabet orang lain lho,” ujar Auel cekikikan
          Kira hanya diam saja, tidak menggubris omongan Auel.       

;;

By :
Free Blog Templates